Akhir- akhir ini, berita nasional dihebohkan dengan langkanya minyak goreng. Kerena kelangkaan ini, membuat supermarket, pasar dan warung- warung yang menjual minyak goreng menaikkan harga dengan harga yang jauh di atas rata- rata daripada harga aslinya. Harga minyak goreng merk Tropical, Bimoli, Sunco, Sovia, Hemart dan lain- lain yang sebelumnya hanya Rp 11.500,- per liter menjadi Rp 23.900,- per liter.


Mahalnya harga minyak goreng ini tentu membuat banyak konsumen terutama ibu- ibu yang rela mengantri untuk mendapatkan minyak goreng. Ada juga yang membeli banyak sekali minyak goreng, karena khawatir harga minyak goreng akan semakin meroket dan susah didapatkan.
Dalam Psikologi, perilaku ibu- ibu yang berebutan untuk membeli minyak goreng tersebut disebut perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan suatu proses pembelian, dimana pada saat itu konsumen melakukan aktivitas seperti melakukan pencarian, penelitian dan pengevaluasian produk dan jasa (product and services). Dapat dikatakan bahwa perilaku ini yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan dalam pembelian.


Perilaku konsumen selain mengenali kualitas produk, juga meliputi harga produk, cara promosi juga distribusinya. Jika harga barang tidak terlalu tinggi atau mahal, konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk memikirkan dan melakukan aktivitas perilaku konsumen yaitu membeli. Jika harga barang itu menjadi tinggi atau mahal, maka konsumen akan memiliki effort  atau usaha lebih untuk membeli barang tersebut.

Hal apa saja yang mendorong seseorang untuk memutuskan membeli suatu barang?.

Ketika seorang konsumen akan membeli barang atau menggunakan jasa, konsumen akan memikirkan beberapa hal berikut: harga, model, bentuk, kemasan, kualitas, fungsi atau kegunaannya, dll. Terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi keputusan seseorang untuk membeli barang atau menggunakan jasa, yakni:

  • Afeksi

Merupakan perasaan atau emosi terhadap suatu objek tertentu. Dalam membeli produk, perasaan atau afeksi ini yang akan muncul untuk mengetahui manfaat dari produk tersebut. Dalam hal pembelian minyak goreng, yang paling banyak dicari adalah minyak goreng dengan harga yang menarik atau harga paling murah tetapi kualitas yang paling baik.  

  • Kognisi

Merupakan suatu pemikiran dan keyakinan serta pengetahuan konsumen tentang produk dan jasa. Pemikiran, keyakinan dan pengetahuan tentang produk dan jasa ini yang dapat membedakan antar konsumen.

  • Lingkungan Konsumen

Lingkungan konsumen terdiri dari lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial adalah semua interaksi sosial yang ada pada masyarakat yang terjadi antara konsumen dengan orang di sekitarnya. Lingkungan fisik merupakan segala sesuatu yang berbentuk fisik di sekeliling konsumen, seperti macam- macam produk, toko, lokasi toko, dan lain- lain.

  • Perilaku (behaviour)

Keyakinan dan rasa senang pada suatu produk dan jasa akan mendorong konsumen melakukan tindakan sebagai wujud dari keyakinan dan perasaannya (Ferrinadewi, 2008). Sebagian dari perilaku konsumen seperti melihat- lihat produk di rak, meneliti bungkusnya, mengarahkan trolly dan lain sebagainya.

  • Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan bagian dari lingkungan serta terdiri dari berbagai rangsangan fisik dan sosial dari konsumen. Dalam hal ini seperti promosi atau iklan produk, toko eceran, informasi harga atau label harga yang ditempel pada produk hingga kalau saat ini dengan jasa endorse di sosial media.


Disebut apakah fenomena perilaku ibu- ibu yang berebut untuk membeli minyak goreng tersebut dalam Psikologi?.

Fenomena minyak goreng ini bisa dapat dikatakan panic buying yang mana di tahun sebelumnya sudah pernah terjadi saat panic buying awal pandemic seperti pembelin masker, handsanitizer, susu Bear Brand, dan lain- lain. Hal ini terjadi ketika produk medis dan makanan menjadi langka maka akan timbul ketakutan dan khawatir yang berlebihan. Ketakutan bahwa barang tersebut tidak bisa didapatkan, baik karena tidak kebagian, harganya tiba- tiba melambung, kelangkaan dan sebagainya.

Dalam Cambridge Dictionary disebutkan bahwa panic buying merupakan situasi di mana banyak orang tiba- tiba membeli makanan, bahan bakar, dan lain- lain sebanyak mungkin karena mereka khawatir tentang sesuatu yang buruk mungkin terjadi. Terjadinya panic buying karena minyak goreng yang merupakan salah satu barang yang dikonsumsi masyarakat setiap harinya. 

Perilaku Panic buying ini dijelaskan dalam Psikologi, ada beberapa alasan yang mendasarinya.

  • Adanya kelangkaan barang atau jasa

Konsumen mengevaluasi adanya potensi barang yang langka karena ketersediaan yang terbatas dan memutuskan untuk menimbun atau menyimpan stock yang lebih banyak untuk konsumsi di masa yang akan datang (Kimmell, 2008; Wang et al., 2019; Zheng et al., 2020).


  • Adanya Penularan Emosi

Penularan yang dimaksud adalah fenomena perilaku seseorang yang dapat mempengaruhi perilaku serupa pada orang lain. Barsode (2002), mempelajari tentang alur penularan emosi pada perilaku berkelompok dan ditemukan bahwa penularan yang disebabkan secara emosional cenderung mempengaruhi sikap individu dan kelompok.


  • Ketidakmampuan dalam Mengontrol Diri
Dalam penelitian Moon dan Attiq (2018) dikatakan tentang faktor- faktor di balik perilaku pembelian kompulsif. Dari hasil survey tersebut menunjukkan bahwa stress dan ketidakmampuan mengontrol stress menjadi pemicu yang kuat. Perasaan khawatir jika persediaan minyak goreng akan habis tentu saja dapat memicu stress sehingga orang- orang akan mencoba untuk segera membelinya dalam jumlah banyak.

  • Faktor Demografis

Beberapa hal yang dapat menyebabkan panic buying lainnya seperti usia, kelompok, jenis kelamin, status pendidikan dan profesi (Ekeng dkk, 2012). Perbedaan generasi juga dapat menjadi pendorong penting terhadap perilaku pembelian. Seperti contoh orientasi belanja gen Z didasarkan pada merk dan kualitas (Ali dkk, 2020).


Manusia selalu mempersiapkan diri terhadap bahaya atau kesulitan yang tidak diketahui, panic buying terjadi pada saat ketakutan dan perilaku ini berfungsi sebagai terapi bagi konsumen. Ada beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan sebagai pengganti minya goreng seperti menggunakan minyak kelapa, minyak alpukat, minyak zaitun, minyak bunga matahari, minyak kanola, minyak wijen, mentega, dan sebagainya.
Efek stress pada tubuh akan mudah mengacaukan pikiran dan pada ujungnya mengalami kesulitan untuk berpikir jernih hingga menghambat kemampuan untuk mengambil keputusan secara logis.